[MY ACNE STORY] Jerawatan Parah? Kulit Jadi Sensitif? Kapok Menggunakan Krim Dokter? - Part 1 - Blog by Tami Oktari

April 1, 2020

[MY ACNE STORY] Jerawatan Parah? Kulit Jadi Sensitif? Kapok Menggunakan Krim Dokter? - Part 1



'Pengalaman menghadapi wajah berjerawat parah'


Assalamualaikum. Hi beauties,

Kali ini aku mau sharing ke kalian mengenai suasana hectic yang aku alamin dikarenakan kulit wajah yang sangat bermasalah sejak Desember 2016 yang kalau dihitung-hitung hampir 3 tahun aku menghadapi kondisi wajah yang super sensitif dan jerawatan. Bagi kalian yang pernah ngalamin pasti tahu banget gimana 'menderitanya'. Karena disaat seperti ini, kita bukan cuma bingung mencari produk yang bisa membantu permasalah wajah tapi juga menghadapi mulut orang-orang yang sok tau dan bahkan terang-terangan mengomentari wajah jerawatan. Memang wajahku belum normal seperti biasa tapi setidaknya sudah membaik dibandingkan awal mula jerawatan parah dulu. Karena ini ceritanya lumayan panjang, aku akan bagi menjadi beberapa bagian karena berharap kalian enggak bakalan bosan dan bisa belajar dari pengalaman yang aku alami. 

Tipe kulitku itu berminyak dengan kondisi berjerawat dan kusam. Aku memang jarang pakai skincare ini itu apalagi semenjak kuliah dengan jadwal padat, aku enggak pernah kepikiran untuk merawat wajah. Paling cuma sekedar cuci muka aja. Pakai makeup juga rada malas. Paling cuma pakai pelembab, bedak dan lipbalm. Itupun kalau ingat. Kalau enggak, ya bareface doang. Maklum, pas jamannya kuliah yang ada di pikiran cuma laporan, jurnal, dan praktikum. Belum lagi sering praktikum lapangan yang jelas-jelas terpapar sinar matahari dan dengan santainya aku enggak pernah pakai sunblock sekalipun. Aku enggak pernah kepikiran untuk beli skincare ataupun makeup. Kalaupun punya, itu semua atas inisiatif mamaku. Awal tahun 2013, aku ditawarin pakai krim dokter yang katanya bikin wajah cerah blablabla. Karena beberapa anggota keluargaku pakai dan hasilnya bagus, akhirnya akupun coba pakai tanpa konsultasi terlebih dahulu, jadi cuma beli krim nya saja. Pengetahuanku mengenai skincare masih minim banget waktu itu. Jadi apa yang disodorin ke aku, ya aku pakai.

Nah wajahku setelah beberapa bulan pakai krim tersebut memang lebih cerah dibanding sebelumnya sampai orang-orang sekampusku pada takjub saking kinclongnya. Tapi sebelumnya aku ngalamin kulit wajah ngelupas dan memerah seperti kepiting rebus setelah terkena sinar matahari. Sensitif banget. Mau ngusap wajah aja rasanya perih. Sekedar informasi, aku kuliah di jurusan Biologi yang mana sering ngelakuin aktifitas perkuliahan di luar ruangan yang otomatis terkena matahari. Apalagi ketika itu aku juga aktif di organisasi kampus dan sering banget ikut berbagai event outdoor. Bahkan dosen dan seniorku komentar kenapa wajahku sampai memerah. Sempat dikira pakai blush on saking merahnya. Lah boro-boro ada waktu untuk make up, udah bisa bangun cepet dan nyampai kampus tepat waktu juga udah bersyukur. Selama pemakaian krim tersebut, jerawat masih sesekali muncul. Pas tahun 2014 lagi sibuk-sibuknya skripsi, aku jadi jarang pakai krimnya terutama krim malam. Karena saking capeknya terkadang langsung tidur aja. Dan efek yang aku rasain semenjak jarang pakai krim tersebut, wajah jadi agak kusam dan pori pori membesar. Nah kalau kalian penasaran mengenai krim wajah apa yang aku gunakan, mohon maaf aku juga enggak tau. Aku jadi curiga itu krim abal-abal karena ciri-cirinya persis seperti yang dibilang orang-orang. Aku kesal sama diri aku sendiri yang enggak terlalu aware sama pengetahuan seputar skincare dulunya.

Sampai akhirnya aku menyelesaikan kuliah kemudian yudisium dan wisuda pada bulan September 2014. Aku menggunakan jasa make up untuk 2 momen ini yang parahnya beberapa bulan setelah itu, wajahku terutama pipi kiriku penuh jerawat meradang. Jerawat gede dan memerah. Karena enggak tahan dengan kondisi wajah saat itu, jadinya  awal tahun 2015 aku memutuskan konsultasi ke salah satu dokter spKK di Pekanbaru dan disuruh melakukan facial lalu diberikan krim dokter. Otomatis krim sebelumnya aku gunakan dihentikan dulu beberapa minggu dan setelah itu baru aku pakai krim baru dari dokter. Setelah facial dan menggunakan krim dokter tersebut, jerawat meradang juga hilang cuma masih ada beberapa bekas jerawat dan wajahku memang enggak cerah-cerah amat sih masih agak kusam. Dan dulu aku juga cuma menggunakan bedak dan lipstik aja. Jadi walaupun ga cerah-cerah amat, kondisi kulitku mulai membaik dan tetep pakai krim dokter ini sampai 2016 yang setiap 3 bulan sekali rutin untuk konsultasi dan seringkali tiap konsultasi dosis krim wajah selalu berganti. Untungnya wajahku enggak mengelupas ataupun iritasi selama penggunaan krim dokter ini. Nah sampailah di pertengahan 2016, wajahku memperlihatkan penolakan. Yap, si bruntusan itulah!! Jadi bagi yang belum tau, bruntusan ini berupa jerawat kecil yang munculnya bergerombolan dan terkadang terasa gatal.

Tapi bruntusan disini belum tergolong parah karena hanya muncul di beberapa spot wajah. Di facial 2x juga udah hilang bruntusannya walaupun ninggalin bekas. Paling aku cuma menyiasati penggunaan bb cream/cushion untuk menyamarkan bekasnya.  Tapi seminggu setelah facial, numbuh lagi beruntusan baru. Fyi, aku menggunakan perawatan dokter dan facial di tempat yang sama juga, dokter saranin untuk facial lagi sekitar sebulan lagi karena seminggu sebelumnya aku baru selesai facial dan facial juga enggak boleh keseringan. Selagi menunggu jadwal facial selanjutnya, dokter ngasih krim baru. Dan pas tiba waktu facial, bruntusannya ilang. Tapi baru 3 hari setelah itu, bruntusan timbul lagi. Panik dong ya kan. Apa wajahku sensitif banget sama facial disana padahal sebelumnya aku facial disana baik-baik aja. Tapi ya karena gemes aku pencetin beruntusan yang baru biar keluar isinya. Efektif sih jadinya ga numpuk gitu bruntusannya. Cuma yang bikin kesel itu ya bekas pencetannya itu. 

Nah disuruh lagi ke dokter ama mamaku untuk konsultasi dan cerita kalo setiap abis facial, beruntusan selalu muncul. Dan disini dokter udah enggak saranin facial lagi dan ngasih krim dosis baru. Dokter nyaranin untuk mikro gitu (sejenis peeling untuk wajah berjerawat). Dan parahnya setelah menggunakan krim dengan dosis baru dan ngelakuin mikro, wajahku langsung muncul beruntusan lebih parah dari sebelumnya. Bener-bener parah semuka gitu. Stress pokoknya. Langsung spekulasi nih apa karena perawatan dokter karena sempet ganti dosis dan mikro juga. Salahnya aku, pas beruntusan parah gitu, aku enggak langsung balik ke dokter untuk konsultasi dan malah berhenti pakai semua skincare dokter. Aku lebih pilih pakai skincare drugstore aja. Tapi karena rasanya enggak ada efek apa-apa, aku balik ke dokter sebulan kemudian. Dan dokter nyaranin facial (lagi) untuk ngebersihin si bruntusan dan krim pun diganti lagi. Udah 2x facial, bruntusan enggak kunjung ilang juga, malah bekasnya yang makin banyak karena dipencet mulu. Dan ketika di facial, rasanya bener-bener sakit seperti di sayat. Dikasi obat minum juga yang harganya ratusan tapi enggak ada efek sama sekali.

16 Maret 2017 

"Kondisi wajah setelah facial 2 kali. Bruntusan enggak hilang 
dan bekas pencetan pas facial memenuhi wajah"
Sampai akhirnya pertengahan Februari 2017, mama ku suruh ngeberhentiin semua krim dokter dan suruh pakai produk alami aja. Aku berhenti pakai krim dokternya secara perlahan agar kulit wajah enggak kaget dengan perubahan produk yang akan digunakan. Dan alhamdulillah sampai di bulan April 2017 semenjak aku berhenti menggunakan produk dari dokter dan beralih ke produk alami, wajahku menunjukkan perubahan. Memang bruntusan belum hilang 100%. Tapi dibandingkan sebelumnya (re:ketika pemakaian krim dokter), wajahku jauh lebih  baik dan aku enggak perlu ngerasain sakitnya facial untuk menghilangkan bruntusan. Untuk jerawat sih tetap ada. Karena emang pada dasarnya kulitku itu rentan berjerawat apalagi hormon yang sering enggak stabil. Tapi untuk jerawat yang dateng pas aku lagi haid, paling sekitar 2-3 hari juga minggat jerawatnya.

7 April 2017
Kedua foto perbandingan diatas diambil dengan pencahayaan pagi hari menggunakan kamera yang sama ketika aku sedang tidak menggunakan make up. Terlihat kan perbedaan wajahku antara bulan Maret dan April? Iya memang bruntusan dan bekas nya belum 100% hilang. Tapi aku cukup senang dengan perubahan ini. Perlahan beruntusan dan bekas membandelnya mulai hilang. Disini skincare yang menurutku cukup membantu memperbaiki kondisi wajahku adalah Nature Organic Lulur Wajah Carrot Tomato. Aku udah repurchase sampai 3 kali dan setelahnya berhenti menggunakan produknya karena sepertinya mulai enggak ada efek lagi di wajahku. Akhirnya aku harus cari skincare lagi yang bisa membuat wajahku lebih membaik


Belum lagi ketika menjelang lebaran tahun 2017, mulai muncul jerawat baru. Karena aku lebaran di Bandung yang mana udaranya sejuk, berbanding terbalik dengan Pekanbaru yang panas, hal ini memicu wajahku jadi breakout parah. Aku sempat bingung karena wajah aku benar-benar breakout secara tiba-tiba ketika aku sampai di Bandung padahal aku enggak ada gonta-ganti makeup ataupun skincare. Langsung browsing dan ternyata faktor cuaca/suhu juga bisa menjadi salah satu penyebab breakout. Mau nangis aku wey, seriusan. Bayangin mau merayakan lebaran dan kumpul keluarga besar tapi wajah malah breakout. Sebelnya lagi aku cuma bawa skincare seadanya karena enggak nyangka bakal breakout gini. Stress enggak hanya berhenti gitu aja. Setelah dari Bandung, besoknya aku harus ke Cirebon yang cuacanya sama dengan Pekanbaru, ya panas! Bayangkan gimana wajah aku kondisinya? Langsung numbuh jerawat 2 biji dekat hidung! 3 hari di Cirebon, aku balik lagi ke Bandung dan terakhir ke Jakarta. Udah nano-nano rasanya wajah aku karena reaksi 'kaget'nya. Padahal sebelumnya aku sering bolak-balik seperti itu juga tapi wajah aku aman, enggak ada masalah seperti ini sebelumnya. Kalian bisa cek foto di bawah ini untuk kondisi kulitku waktu itu.

Juli - Agustus 2017

Sekali lagi disini aku bukannya mau memberi kesan buruk kepada produk perawatan dokter dan sejenisnya. Itu semua kembali lagi ke pandangan masing-masing. Karena sejujurnya produk dokter juga sempat membantu kulitku menjadi lebih baik walaupun akhirnya aku memutuskan untuk berhenti menggunakan produknya. Aku juga enggak ngejudge setiap pemakaian krim dokter itu bakalan buat ketergantungan. Semua itu kembali lagi tergantung dokternya. Setiap dokter kulit pasti mempunyai racikan tersendiri untuk produk mereka. Jadi tinggal kalian saja yang harus selektif dalam memilih dokter untuk kalian percayakan dalam membantu merawat wajah kalian. Karena pengalamanku ini sangat mengajarkan aku untuk lebih berhati-hati dalam memilih produk.

Kondisi wajahku sekarang (April 2020)

Aku sertakan foto terbaruku diatas jadi kalian bisa membandingkan wajahku dulu dan sekarang. Kondisi wajahku sekarang memang terkadang masih timbul jerawat terutama ketika haid atau stress dan bekas jerawat juga masih ada tapi ini sungguh jauh lebih baik jika dibandingkan kondisi wajahku beberapa tahun lalu. Produk yang aku gunakan selalu berganti tiap tahunnya karena sangat susah mencari yang cocok ditambah kulitku menjadi super sensitif beberapa tahun belakangan ini. Alhamdulillah sekarang aku mulai memahami kulitku dan bisa memilah produk yang akan aku gunakan. Cerita mengenai pengalamanku menghadapi jerawat ini masih akan berlanjut ke part 2 karena terlalu panjang jika aku satukan di satu postingan. Dan nantinya aku bakal share mengenai skincare yang menurutku cukup membantu wajahku menjadi membaik.

Untuk kali ini cukup sekian pengalaman yang bisa aku ceritakan sama kalian. Semoga kalian mau menunggu ceritaku selanjutnya di 'My Acne Journey Part 2'. Bagi kalian yang pernah mengalami hal yang sama denganku, jangan sedih dan stress. Ingat, kalian tidak sendiri dalam "memerangi" masalah wajah seperti ini. Tetap semangat dalam merawat wajah agar bisa normal kembali.

See you on my next story, bye~


No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar, kritik atau saran mengenai konten ini. Dimohon untuk tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thank you~♡